Rabu, 26 Maret 2014

KATA SELEMBAR KERTAS SEPUTIH SALJU

Kata selembar kertas seputih salju, “Aku tercipta secara murni,
Karena itu aku akan tetap merniselamanya.
Lebih baik aku dibakar dan kembali menjadi abu putih daripada
Menderita karena tersentuh keelapan atau
Didekati oleh sesuatu yang kotor.”

Tinta botol mendengar kata kertas itu. Ia tertawa dalam hatinya
Yang hitam, tapi tak berani mendekatinya.
Pensil-pensil beraneka warnapun mendengarnya , dan
Merekapun tak perna mendekatinya. Dan selembar
Kertas yang seputih salju itu tetap suci dan murni
Selama-lamanya suci dan murni dan kosong.

Analisis Puisi (Kata Selembar Kertas Seputih Salju)
Dalam puisi karya Kahlil Gibran yang berjudul “KATA SELEMBAR KERTAS SEPUTUH SALJU” ini beliau mengambarkan sosok seorang manusia yang baru diciptakan, yang belum tenoda oleh apapun, yang masih bersih belum berlimangan dosa, dan dalam puisi ini dia berharao pada akhir ayatnya nanti, dia kebali dengan keadaan bersih. Dalam realitanya puisi ini ingin menyindir  para individu-individu yang berada di muka bumi ini yang banyak bergelimangan dosa dalam kehidupan sehari-harinya, bagi mereka yang tidak bisa mengendalikan diri mereka sendiri akan merasakan hal tersebut. Terlihat dalam lirik puisi di atas “ lebih baik aku dibakar dan kembali menjadi abu putih dari pada menderita karena tersentuh kegelapan atau didekati oleh sesuatu yan kotor.”
Dalam puisi “ Kata Selembar Kertas Seputih Salju” karangan Khalil Gibran ini menggunakan tipografi puisi dalam bentuk umum dengan menggunakan system kalimat umum dengan menggunakan system kalimat dalam bentuk lirik dan bait, ada juga dipadukan dengan tipografi dalam bait simantik, tipografi ini bersifat umum, karena tidak begitu banyak kerumitan dalam penulisan puisi ini. Sehingga membuat para pembaca mudah untuk memahami makna yang hendak disampaikan penyair dalam puisi itu.
Puisi  karya  Khalil Gibran ini banyak terdapat pencitraan-pencitraan dan gaya bahasa, hal ini sesuai dengan kepribadian pengarang “ Khalil Gibran”  itu sendiri yang bersifat  sangat puitis, kepuitisan itu terlihat  pada beberapa frase  dalam beberapa bait. Pencitraan yang digunakan pengarang disini terdiri dari, pencitraan pendengaran yang digabungkan dengan pencitraan  penglihatan yakni “ tinta botol mendengar kata kertas itu” dan “  selama-lamanya suci dan murni dan kosong”. Dalam gaya bahasa puisi ini memiliki majas  personofikasi yaitu “ kata selembar kertas seputih salju”  kemudian pengarang juga menggunakan majas metafora “ menderita karena tersentuh  kegelapan”.